Sakato.co.id – Ekonomi Sumatera Barat menunjukkan tren positif dengan terjadinya deflasi selama tiga bulan berturut-turut. Penurunan harga sejumlah komoditas, terutama cabai merah, menjadi faktor utama penyebab deflasi ini.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram, deflasi ini didorong oleh peningkatan pasokan cabai merah baik dari dalam maupun luar daerah. Selain cabai, penurunan harga bensin dan kentang juga turut berkontribusi.
“Penurunan harga cabai merah ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan,” ujar Abdul Majid Ikram, dalam keterangan persnya, Rabu (2/10/2024).
Lebih lanjut ia mengungkapkan, dari seluruh kabupaten/kota di Sumbar, Kabupaten Pasaman Barat mencatatkan deflasi terdalam. Hal ini tidak terlepas dari penurunan harga cabai merah, ikan, dan garam di daerah tersebut.
“Deflasi yang terjadi di Sumbar merupakan kabar baik bagi masyarakat. Namun, kita perlu tetap waspada terhadap potensi kenaikan harga pada komoditas lain,” ucapnya.
Upaya Pemerintah Kendalikan Inflasi
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya menjaga stabilitas harga. Berbagai langkah telah dilakukan, seperti operasi pasar, koordinasi dengan petani, serta sosialisasi kepada masyarakat.
“Kami akan terus memantau perkembangan harga dan melakukan intervensi jika diperlukan,” tegasnya.
Abdul Majid Ikram menambahkan, Deflasi yang terjadi di Sumatera Barat pada September 2024 merupakan hasil dari berbagai upaya pemerintah dan masyarakat dalam menjaga stabilitas harga. Ketersediaan pasokan yang cukup, terutama pada komoditas pangan, menjadi faktor kunci dalam menekan inflasi.
“Namun, perlu diingat bahwa kondisi ini bersifat dinamis. Perubahan cuaca, permintaan pasar, dan faktor lainnya dapat mempengaruhi harga komoditas. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh stakeholder terkait perlu terus bekerja sama untuk menjaga stabilitas harga dan melindungi daya beli masyarakat,” kata dia.
(*)