Peluang Generasi Z Berwirausaha di Era Kecerdasan Buatan

Penulis: Syekar Ayu Ghalbiyah, Mahasiswa Departemen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Sakato.co.id – Generasi Z atau yang sering disebut sebagai Gen Z merupakan generasi yang sulit mendapatkan pekerjaan. Survey Kerja Nasional (Sarkenas) 2023 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik mencatat bahwa jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2023 mencapai 7,86 juta orang dari total angkatan kerja sebanyak 147,71 orang. Dari karakteristik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), mayoritas yang menyandang gelar pengangguran adalah generasi Z (Astianta, 2024).

Ke depan, tantangan Gen Z untuk mendapatkan kerja tersebut semakin berat. Hal itu terjadi karena munculnya mesin kecerdasan buatan akan menggantikan dan merebut pekerjaan manusia. Menurut survey yang dilakukan oleh World Economic Forum, ada 83 juta pekerjaan akan hilang dalam lima tahun yang akan datang sebagai dampak dari munculnya kecerdasan buatan dan Chat GPT.

Di tengah tantangan yang berat tersebut, Gen Z sebenarnya merupakan generasi yang punya potensi untuk meraih sukses di era kecerdasan buatan. Hal demikian mungkin terjadi karena generasi Z merupakan generasi yang sudah akrab dengan teknologi sejak bayi. Mereka sering disebut sebagai digital native atau warga asli dunia digital.

Sebagai warga pribumi dunia digital, mereka adalah golongan yang mudah menerima dan mengadopsi terhadap perkembangan teknologi yang ada dibandingkan generasi sebelumnya (Mulyani dkk, 2024). Oleh karena itu, mereka menjadi generasi yang sangat familiar dalam menggunakan berbagai teknologi digital. Generasi Z sangat memanfaatkan teknologi untuk menunjang aktivitas keseharian.

Tidak hanya itu, generasi Z juga merupakan generasi paling adaptif terhadap perkembangan teknologi. Sebagai generasi yang sejak kecil akrab dengan teknologi, karakter diri atau kepribadian dan perilaku mereka juga terbentuk sejalan tuntutan zaman teknologi. Salah satu contohnya, mereka memiliki kemampuan bekerja secara multitasking. Dalam arti, mereka mampu mengerjakan beberapa hal dalam satu waktu.

Mereka juga merupakan generasi yang cepat tanggap dan belajar menguasai setiap kemunculan teknologi baru. Karakter ini berbeda dengan generasi yang lebih tua, misalnya Baby Boomers, yang relatif lambat mengadopsi teknologi. Karakter generasi Z demikian memungkinkan mereka untuk mengadopsi serta mengambil manfaat dari setiap teknologi baru.

Dengan berbagai keunggulan tersebut, Gen Z memiliki peluang untuk membangun berbagai macam bisnis atau usaha yang sejalan dengan perkembangan teknologi terkini. Ini terlihat misalnya dari sebuah penelitian yang menunjukan bahwa 89,45% Gen Z telah menguasai teknologi dalam berwirausaha (Lubis & Handayani, 2021).

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak muda lebih sukses dalam merintis usaha berbasis teknologi tersebut. Misalnya, Amanda Cole sebagai pendiri perusahaan SayurBox, Ferry Unardi sebagai pendiri Traveloka, Nadiem Makarim sebagai pendiri Gojek, Felicya Angelista sebagai pendiri Scarlett dan Indra Gunawan sebagai pendiri hotel kapsul pertama di Indonesia tahun 2018.

Dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan, hampir dipastikan, semua bisnis di masa depan akan berhubungan atau bahkan bergantung dengan teknologi. Sehingga generasi Z memiliki peluang besar untuk menjadi “penguasa” dari berbagai jenis wirausaha di masa yang akan datang.

Ada banyak contoh bagaimana Gen Z dapat memanfaatkan teknologi digital dan kecerdasan buatan untuk berwirausaha tersebut. Sebagai generasi yang familiar dengan teknologi, Gen Z sangat mungkin untuk menciptakan pemasaran online yang kreatif. Misalnya, mereka dapat mengolah foto atau video dengan AI terhadap produk atau jasa sehingga dapat menarik pelanggan.

Kemudian, pengusaha Gen Z dapat pula memanfaatkan AI untuk melakukan otomatisasi serangkaian proses transaksi yang dilakukan dalam penjualan. Misalnya, dengan adanya AI proses pesanan, pembayaran, dan pendeteksian kesediaan barang menjadi otomatis sehingga proses tersebut lebih cepat. Ini tentunya akan lebih menghemat modal dan efisiensi bagi pengusaha.

Selain itu, dengan adanya AI dapat pula menggunakan Chatbot untuk melakukan interaksi dengan manusia melalui pertukaran pesan teks ataupun suara secara otomatis. Chatbot ini dapat pula digunakan untuk merespon otomatis pertanyaan-pertanyaan pelanggan sehingga meningkatkan pelayanan dan penjualan dalam bisnis.

Lebih dari itu, dengan keunggulannya, generasi Z juga dapat melakukan otomatisasi dalam beragam proses bisnis mereka. Tren hyperatumation ini akan menjadi tren di masa depan. Tren automation memangkas tahapan bisnis, termasuk tenaga manusia yang digunakan dalam menjalankan usaha. Dengan demikian, bisnis mereka menjadi lebih produktif dan efisien.

Paparan dalam tulisan ini menunjukan bahwa tidak ada alasan bagi generasi Z untuk menganggur di zaman ini. Sejauh mereka memiliki jiwa wirausaha yang kuat, juga bersedia belajar dan beradaptasi dengan teknologi, kesempatan bagi mereka untuk bekerja dan meraih sukses terbuka lebar. Ini juga berarti bahwa masa depan kita ada di tangan kita bukan di tangan teknologi.

(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *