Ustaz April Hidayat, Guru Ar Risalah Padang Kuasai 9 Qiraat Al Qur’an Bersanad Langsung dari Rasulullah

Sakato.co.id – Membaca Alquran adalah kegiatan yang wajib untuk bisa dijalani oleh umat beragama Islam, banyak cara membaca Alquran atau yang biasa disebut ilmu qiraat berkembang.

Salah seorang guru dari perguruan Ar Risalah Padang yang bernama Ustaz H. April Hidayat, Lc, mampu menguasai sembilan qiraat Alquran mutawatir bersambung ke Rasulullah, dari Syekh Ahmad Syarif Al-Misri asal Mesir.

Pencapaian luar biasanya berasal dari ketekunan dalam mempelajari ilmu tersebut. Dimana di Indonesia sendiri, barangkali, tidak banyak mampu menguasai bacaan Alquran dengan sembilan versi sekaligus.

“Alhamdulillah. Ini adalah karunia dari Allah. Saya bisa menerima sembilan ijazah qiraat yang mutawatir, yang pernah diajarkan Nabi Muhammad Saw kepada sahabat, lalu diteruskan kepada para tabi’in hingga sampai kepada kita sekarang,” ujar hafiz Alquran 30 juz yang juga alumnus Universitas Islam Madinah ini, melalui keterangan tertulis yang diterima, Senin (28/8/2023).

Ia menuturkan bahwa sembilan qiraat Alquran yang berhasil dikuasainya itu yaitu qiraat Nafi’, qiraat Ibnu Katsir, qiraat Abu Amr, qiraat Ashim, qiraat Hamzah, qiraat Al-Kisa’i, qiraat Abu Ja’far, qiraat Ya’qub, dan qiraat Khalaf Al-Asyir.

“Sementara, satu lagi yakni qiraat Ibnu Amir masih dalam proses. Insya Allah, menyusul,” jelasnya. Ia sengaja mempelajari qiraat Ibnu Amir di bagian terakhir karena qiraat tersebut dianggap paling mudah dikuasai dibandingkan qiraat lainnya.

Dia juga menjelaskan penguasaan ilmu tersebut berawal dari pembelajaran secara daring dari Syekh Ahmad Syarif Al-Misri asal Mesir. Sebagai informasi, di masa lalu, qiraat Alquran diajarkan secara langsung oleh seorang guru di hadapan para murid.

“Saya belajar qiraat dengan Syekh Ahmad Syarif Al-Misri secara daring. Beliau adalah murid dari Syekh Misbah Ad Dasuki yang merupakan pemegang sanad tertinggi qiraat saat ini di dunia. Syekh Ahmad Syarif Al-Misri sendiri berjarak 28 generasi dari Rasulullah,” ungkapnya.

Ia bercerita, ketertarikannya untuk menguasai qiraat ‘asyrah berawal sekitar setahun yang lalu. Awalnya, ia hanya ingin memantapkan bacaan qiraat Ashim riwayat Hafs yang banyak dikuasai oleh orang Indonesia.

Ia sebelumnya telah belajar qiraat itu sejak duduk di bangku taman pendidikan Alquran ketika masih kanak-kanak. Ia juga telah mengantongi ijazah qiraat Ashim riwayat Hafs dari Syekh Sulaiman di Masjid Nabawi (2004) sewaktu masih kuliah di Universitas Islam Madinah.

“Saya ingin memantapkan bacaan qiraat itu dengan Syekh Ahmad Syarif Al-Misri. Namun, karena ada kesempatan, setelah mempelajari qiraat versi tersebut, saya penasaran bagaimana bacaan qiraat versi yang lain. Akhirnya, saya belajar lagi,” sebutnya.

Proses pembelajarannya didahului dengan mempelajari teori ilmu qiraat secara lebih mendalam. Setelah teori dikuasai dengan baik, ia pun dibimbing secara langsung oleh Syekh Ahmad Syarif Al-Misri.

“Saya dibimbing secara daring. Untuk satu qiraat, saya baca satu hari satu juz. Itu biasanya memakan waktu sekitar satu jam. Jika ada yang salah, nanti dibetulkan oleh guru. Sehingga dalam satu bulan, saya bisa menguasai satu qiraat dengan mengkhatamkan 30 juz Quran,” jelasnya.

“Begitu terus selama sembilan bulan. Jika sudah selesai satu qiraat, baru bisa pindah ke qiraat lainnya. Jadi, selama sembilan bulan, saya bisa menguasai sembilan qiraat. Satu qiraat tiap bulan. Tantangan terbesarnya dalam menguasai sembilan qiraat ini kita harus meluangkan waktu luang yang banyak untuk belajar,” imbuh Ustaz April.

“Harus ada satu atau dua orang yang menguasai ilmu qiraat ini. Karena Alquran ini kan disampaikan secara mutawatir. Kalau tidak ada orang yang mempelajarinya tentu hilang kemutawatirannya. Artinya, sampai hari kiamat, harus ada satu atau dua orang yang harus menguasai Alquran dengan berbagai versi cara bacanya itu,” sambungnya.

Dengan mempelajari qiraat, Ustaz April berharap bisa menggugurkan kewajiban muslim yang lain. Ia menjabarkan bahwa, di Indonesia sendiri, qiraat memang tidak begitu populer. Sangat sulit menemukan orang atau lembaga yang berkompetensi untuk mengajarkan ilmu tersebut.

“Selain itu, di Indonesia, ini juga menjadi sesuatu yang langka karena kita terbiasa dengan satu qiraat saja, yaitu qiraat Ashim riwayat Hafs. Jadi, tidak banyak orang Indonesia yang kenal qiraat yang lain. Sementara, di luar Indonesia, banyak negara yang pakai qiraat versi lain,” ujarnya.

Dengan mempelajari ilmu qiraat ini, ia berharap bisa mengajarkannya kembali kepada murid-muridnya. Selain mengajar di PIAR, ia juga mengajarkan ilmu qiraat secara daring kepada mahasiswa dari berbagai negara.

“Dengan belajar qiraat, saya semakin sadar masih banyak yang harus dipelajari. Apalagi ilmu qiraat merupakan ilmu penunjang dalam fiqih dan tafsir. Jadi, penting juga untuk dikuasai. Agar benar-benar mantap atau mahir, kita perlu belajar lagi selama dua tahun. Saat ini, saya baru mulai. Mudah-mudahan saya bisa lanjut menjadi 10 qiraat,” tambahnya.

(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *