Sakato.co.id – Universitas Andalas (UNAND) kembali mengukuhkan tujuh Guru Besar Tetap yang berasal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Pertanian serta dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang berlangsung di Gedung Convention Hall Universitas Andalas, Rabu (30/4/2025).
Ketujuh Guru Besar UNAND tersebut yakni:
1. Prof. Dr. Drs. Afrizal, M.A, guru besar dalam bidang Teori Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan orasi ilmiahnya berjudul “Masyarakat Tahan Konflik: Kontribusi Terhadap Sosiologi Indonesia”
2. Prof. Dr. Drs. Alfan Miko, M.Si, guru besar dalam bidang Ilmu Sosiologi Keluarga pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan orasi ilmiahnya “Orang Lanjut Usia pada Keluarga dan Masyarakat Minangkabau yang Berubah: Sebuah Perspektif Sosiologis”
3. Prof, Dr. Lucky Zamzami, S.Sos, M.Soc.Sc, guru besar dalam bidang Ilmu Antropologi Maritim (Bidang Kajian Pembangunan Masyarakat Pesisir) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan orasi ilmiahnya “Pembangunan Masyarakat Pesisir Dilihat dari Perspektif Antropologi Maritim: Peluang dan Tantangan”
4. Prof. Dr. Drs. Zainal Arifin, M.Hum, guru besar dalam bidang Ilmu Antropologi Politik (Politik Indentitas dan Reproduksi Budaya) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan orasi ilmiahnya “Reproduksi dan Identitas Budaya: Membaca Hadirnya Komunitas Baru di Tengah Masyarakat”
5. Prof. Defriman Djafri, S.KM., M.KM., Ph.D, guru besar dalam Bidang Ilmu Epidemiologi Bencana, pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, dengan orasi ilmiahnya “Peran dan Tantangan Integrasi Kecerdasan Buatan dalam Epidemiologi Modern untuk Mengurangi Risiko Bencana dan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat”
6. Prof. Dr. Masrizal, SKM, M. Biomed, guru besar dalam Bidang Ilmu Epidemiologi Penyakit Menular pada pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, dengan orasi ilmiahnya “Peran Epidemiologi dalam Menanggulangi Penyakit Menular Filariasis Berbasis Sistem Informasi Geografis”
7. Prof. Dr. Yusniwati, SP.MP, guru besar dalam Bidang Pemuliaan Tanaman pada Fakultas Pertanian. Dengan orasi ilmiahnya “Pemuliaan Tanaman dan Pertanian Berkelanjutan dalam Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045”.
Pengukuhan guru besar di Universitas Andalas (UNAND) hari ini ditegaskan Rektor Efa Yonnedi, Ph.D., pengukuhan guru besar ini bukan sekadar seremoni akademik, melainkan sebuah titik balik krusial dalam perjalanan intelektual dosen dan tonggak penting bagi kemajuan Universitas.
“Momentum ini dipandang sejalan dengan program nasional “Kampus Berdampak” dari Kemendiktisaintek, yang bertujuan mentransformasi perguruan tinggi agar ilmu pengetahuan yang dihasilkan memberikan dampak nyata bagi masyarakat, selaras dengan visi Indonesia Emas 2045,” kata dia.
Rektor Efa Yonnedi menekankan bahwa guru besar mengemban tanggung jawab moral yang besar. “Guru besar bukan hanya penghasil ilmu, tetapi juga pemikul tanggung jawab untuk memastikan ilmu tersebut mengubah kehidupan masyarakat,” ujarnya.
Hal ini menggarisbawahi esensi “Kampus Berdampak,” di mana perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan lulusan dan publikasi, tetapi aktif terlibat dalam menyelesaikan persoalan bangsa melalui aplikasi ilmu dan inovasi yang membumi.
Lebih lanjut, Rektor menyoroti pentingnya kolaborasi dalam mewujudkan dampak yang signifikan. “Tidak ada inovasi besar yang lahir dari kerja sendiri. Universitas yang relevan adalah yang mampu merangkul kekuatan berbagai pihak,” tegasnya.
Pendekatan quadruple helix yang melibatkan akademisi, pemerintah, industri, dan masyarakat terus diupayakan UNAND untuk membangun ekosistem kolaboratif yang berkelanjutan.
Sinergi ini sejalan dengan agenda nasional yang disampaikan dalam Koordinasi Intermediasi Riset dan Inovasi Klaster Perguruan Tinggi pada 28 April 2025. Forum tersebut mengidentifikasi tantangan riset dan inovasi di Indonesia, termasuk minimnya pendanaan, kapasitas SDM peneliti yang perlu ditingkatkan, ekosistem riset yang belum optimal, keterbatasan infrastruktur, diseminasi hasil yang kurang maksimal, serta fragmentasi kebijakan.
Rektor Efa Yonnedi meyakini bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.
UNAND sendiri telah mengambil langkah konkret dalam pendanaan riset, dengan 486 judul penelitian didanai internal dan 501 judul lainnya sedang direview oleh BIMA Kemendiktisaintek. Namun, Rektor mengakui bahwa pendanaan melalui kolaborasi eksternal, terutama dengan industri dan mitra internasional, masih terbatas. “Inilah ruang yang harus kita buka lebih luas,” katanya.
Di sinilah peran strategis guru besar menjadi krusial. Menurut Rektor, guru besar tidak hanya kompeten secara keilmuan, tetapi juga harus mampu membangun jejaring, menumbuhkan kepercayaan, dan menjembatani kolaborasi lintas sektor. “Guru besar adalah puncak karier akademik sekaligus titik awal kepemimpinan ilmiah,” tandasnya.
Mereka diharapkan menjadi motor penggerak kerja sama institusional, memimpin konsorsium riset, menjalin kemitraan strategis, dan menjadi juru bicara keilmuan yang terpercaya.
Dengan integritas, kapasitas, dan jaringan yang dimiliki, guru besar memiliki posisi unik untuk menyatukan ilmu, inovasi, dan kepentingan publik dalam simpul kolaborasi.
Rektor Efa Yonnedi menyimpulkan, “Guru besar adalah lokomotif perubahan. Tanpa kontribusi aktif guru besar, visi ‘Kampus Berdampak’ hanya akan menjadi slogan belaka.”
(*)
Komentar