Sakato.co.id – Di tengah duka yang menyelimuti Sumatera Barat akibat bencana alam, sebuah pertemuan hangat berlangsung di Sekretariat IJTI Pengda Sumbar, Selasa (23/12/2025). Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pusat, Herik Kurniawan, hadir bukan sekadar untuk formalitas organisasi, melainkan membawa misi penguatan bagi para “pembawa kabar” yang kini juga menjadi korban.
Mengenakan kemeja lapangan, Herik yang didampingi Korwil Sumatra, Gusti Yanosa, berdiskusi intens dengan para jurnalis lokal. Ia menegaskan bahwa dalam masa tanggap darurat, peran jurnalis bukan sekadar melaporkan kehancuran, melainkan membangun ekosistem informasi yang sehat melalui jurnalisme positif.
“Ini adalah cobaan yang harus kita lalui bersama. Di saat pikiran kita terbagi untuk keselamatan keluarga, kita juga memikul tanggung jawab moral mengabarkan kondisi daerah kepada dunia,” ujar Herik dengan nada emosional namun tegar.
Dalam arahannya, Herik menyoroti adanya tekanan atau imbauan dari pihak tertentu yang meminta agar berita buruk tentang bencana disimpan untuk konsumsi pemerintah saja. Dengan tegas, ia menolak paradigma tersebut.
Bagi Herik, keterbukaan informasi adalah kunci penanganan krisis yang efektif. Integritas jurnalis tidak boleh digadaikan demi citra pihak tertentu.
“Jika ada kekurangan dalam penanganan bencana, jurnalis wajib melaporkannya sesuai fakta untuk perbaikan. Bencana bukan hanya urusan pemerintah, melainkan persoalan kemanusiaan yang melibatkan semua pihak,” tegasnya.
Di era kecepatan informasi, Herik mengingatkan bahwa media mainstream harus tetap berdiri tegak sebagai benteng verifikasi. Meski netizen sangat aktif membagikan visual bencana, kepercayaan publik tetap bertumpu pada kelengkapan data dan akurasi yang dimiliki jurnalis profesional.
“Jurnalis adalah penghubung. Kita menghubungkan jeritan masyarakat dengan kebijakan pemerintah dan langkah para pemangku kepentingan,” tambahnya.
Menutup kunjungannya, Herik memberikan dukungan moral bagi rekan-rekan jurnalis yang terdampak langsung oleh bencana agar tetap bertahan (survive). Ia berharap semangat profesionalisme ini menjadi bahan bakar untuk mempercepat pemulihan daerah dan menggerakkan kembali roda ekonomi Sumatera Barat.
“Semoga kawan-kawan dikuatkan dalam menjalankan tugas berat ini. Kita berjuang agar kondisi segera kembali normal,” pungkasnya.
Ketua IJTI Sumbar, Defri Mulyadi meyakinkan bahwasanya Jurnalis televisi di Sumbar selalu mengedepankan informasi sesuai dengan fakta di lapangan. Fakta-fakta tersebut seharunya menjadi sumber informasi bagi pemangku kebijakan, terutama dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, karena kondisi cuaca masih tak menentu.
“Jurnalis adalah garda terdepan dalam menyampaikan informasi lapangan dan ini harus dimanfaatkan pemerintah dalam mengkaji kebutuhan dan langkah strategis apa yang bisa mereka lakukan dalam menangani bencana ini,” terang pria biasa dipanggil imung ini.
Dia juga tak menepis adanya intimidasi yang dihadapi kawan-kawan jurnalis di lapangan saat melaporkan kondis terkini. Meski demikian tidak menyurutkan nyali jurnalis untuk tetap profesional melaporkan fakta di lapangan.
Dalam kesempatan tersebut Koordinator IJTI Wilayah Sumatera, yang dipimpin Gusti Yanosa, memberikan penguatan bagi sejumlah anggota IJTI Pengda Sumbar, dengan menyalurkan sejumlah bantuan untuk rekan-rekan yang terdampak bencana.
“Kami dari Korwil Sumatera, bersama Ketum IJTI Pusat, mengunjungi teman-teman seperjuangan untuk meringankan beban para Jurnalis yang terdampak di Sumatera Barat. Kami juga turut merasakan apa yang kawan-kawan rasakan,” ungkapnya.
Gusti Yanosa yang akrab disapa Ocha ini menyampaikan duka yang sangat mendalam kepada Jurnalis yang ikut terdampak, baik itu di Aceh, Sumut dan Sumbar.
Ia jelaskan, bantuan yang disalurkan merupakan hasil penggalangan dana dari jurnalis televisi di seluruh wilayah Sumatera, dan juga dari berbagai donatur. Gerakan ini menjadi bukti bahwa peran jurnalis tidak hanya sebatas melaporkan berita, tetapi juga hadir memberikan dampak sosial yang nyata di tengah bencana.
“Ini adalah bentuk empati kolektif dari kawan-kawan jurnalis. Meski sehari-hari bertugas melakukan peliputan di lapangan, mereka tetap menyisihkan tenaga dan materi untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah,” ungkap Ocha.
Dengan secercah harapan yang kami bawa ini, semoga bisa meringankan beban kawan-kawan, dan silahturahmi kita di Sumatera tetap hangat dan terjaga dengan baik.
(*)









Komentar