Sakato.co.id – Impian Diana Arifin (19) untuk mendapatkan pekerjaan layak di Padang harus pupus digantikan oleh kekecewaan mendalam. Remaja asal Dharmasraya ini menjadi salah satu dari ratusan korban penipuan lowongan kerja fiktif di Basko City Mall. Tergiur janji manis gaji setara UMR, Diana merelakan uang Rp600 ribu yang ia kumpulkan susah payah, hanya untuk mendapatkan secarik tanda pengenal palsu dan janji kosong.
“Sebelumnya saya sempat ikut tes polisi tapi belum lulus. Saya ingin sekali bekerja,” ujar Diana, ditemui di kediaman neneknya di Jalan Wak Ketok, dekat Kantor Lurah Pasar Ambacang, Kota Padang, Senin (16/6/2025).
“Sempat ditawari melamar di salah satu minimarket, tapi mendengar perkataan pelaku bahwa saya bisa dapat gaji UMR kalau melamar lewat dia, saya tergiur dan ikut mendaftar,” imbuhnya.
Diana terpedaya oleh rayuan pelaku yang dikenalkan oleh seorang tokoh masyarakat setempat. Proses pendaftaran pun terkesan meyakinkan. Layaknya melamar pekerjaan pada umumnya, Diana membuat surat lamaran dan menyerahkannya di salah satu hotel di Padang. Di sana, ia dan ratusan peserta lainnya mengikuti wawancara dan bahkan menandatangani kontrak.
Tak berselang lama, pada Sabtu (14/6/2025), Diana menerima tanda pengenal dengan logo Basko City Mall dan dijanjikan mulai bekerja pada Senin (16/6) pagi.
Namun, kebahagiaan itu hanya sesaat. Pada Minggu (15/6), sejumlah korban yang seharusnya mulai bekerja mendapatkan kabar mengejutkan. Pihak Basko City Mall menyatakan bahwa belum ada penerimaan karyawan baru.
Sadar telah ditipu, para korban pun berbondong-bondong mencari kebenaran ke rumah terduga pelaku dan melaporkan kejadian ini ke polisi.
Kisah pilu juga dialami oleh Harni (56). Ia menjadi korban penipuan, kehilangan uang sebesar Rp 1,7 juta demi memuluskan jalan anaknya menjadi seorang petugas keamanan di Basko City Mall. Sama seperti Diana, Harni mendapatkan informasi loker bodong itu dari orang yang sama.
“Saya ditanya apakah anak saya benar ingin bekerja, lalu saya diminta datang ke rumah sambil membawa uang Rp 1,7 juta. Saat itu juga saya usahakan mencari uang agar bisa memasukkan anak saya kerja,” tutur Harni dengan nada getir.
Sebelum menyerahkan uang, Harni diminta oleh terduga pelaku bernama Vivi untuk membuat surat lamaran pekerjaan. Setelah semua persyaratan dianggap lengkap, barulah ia menyerahkan uang tersebut.
“Untuk mendapatkan uang itu, saya meminjam uang kepada anak kakak saya agar anak saya dapat bekerja. Saya dipinjami Rp 1 juta, dan Rp 700 ribu lagi dari saya,” ungkap Harni.
“Saya sempat menanyakan apakah tidak bisa dibayarkan besok, tapi mereka bersikeras harus dibayarkan malam itu juga jika tidak akan dialihkan ke orang lain,” imbuhnya.
Penyesalan baru menghampiri Harni ketika malam harinya, ia mengetahui dari grup WhatsApp yang dibuat oleh para pelaku bahwa para korban lain mulai menyadari penipuan ini. Salah satu anaknya bahkan sempat mengingatkan Harni tentang kejanggalan lowongan kerja yang mengharuskan pembayaran di muka.
“Saya ditanya apakah tidak akan bermasalah ke depannya, lalu saya jawab ‘kamu sekarang mau bantu atau tidak?’,” kenang Harni.
“Anak saya yang lain saat melamar pekerjaan tidak dipungut biaya, tapi kenapa adiknya berbeda,” tegasnya.
Pasca insiden penipuan ini, Harni mengaku patah semangat dan kecewa tak bisa berkata-kata. “Kami berharap uang yang diserahkan itu dapat dikembalikan, karena uang itu juga hasil dari meminjam,” pungkasnya, menyuarakan harapan para korban lainnya.
(*)
Komentar