Penelitian Dosen Unhan Ungkap “Jalur Maut” Arus Balik Pantai Drini Yogyakarta

Sakato.co.id – Potensi bahaya Arus Balik atau Rip Current di pantai-pantai selatan Jawa kembali menjadi sorotan. Sebuah tim penelitian dosen dari Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) berhasil mengidentifikasi secara detail anatomi permukaan Rip Current di Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta. Penemuan ini diharapkan dapat menjadi kunci untuk sistem peringatan dini yang lebih akurat.

Penelitian yang dipimpin oleh Kolonel Laut Dr. Gentio Harsono dari Fakultas Strategi Pertahanan Unhan RI ini merupakan respons langsung terhadap insiden tragis pada 28 Januari 2025, ketika 13 pelajar SMP terseret ke tengah laut di Pantai Drini. Empat dari pelajar tersebut ditemukan meninggal dunia.

“Kejadian wisatawan terseret akibat Rip Current sering terjadi, terutama saat liburan sekolah. Ini menegaskan pentingnya mitigasi risiko dan edukasi keselamatan bagi wisatawan,” ujar Dr. Gentio Harsono, dalam keterangan persnya yang diterima, Rabu (8/10/2025).

Dalam Pekan Ilmiah Tahunan Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (PIT ISOI) di Kampus Undip Semarang pada Rabu (8/10/2025), tim peneliti yang juga beranggotakan Dr. Martinus Dwi Nugroho dan Dr. Haposan Simatupang, memaparkan metode inovatif mereka.

Mereka menggabungkan dua teknik analisis canggih, seperti Teknik Optical Flow: Digunakan untuk memvisualisasikan pola arus yang bergerak menjauhi garis pantai.

Teknik You Only Look Once (YOLO) Versi 8: Digunakan untuk mendeteksi keberadaan orang atau pengunjung, sekaligus mengidentifikasi anatomi permukaan Rip Current itu sendiri.

Rip Current diidentifikasi dari ciri khasnya: zona air tenang di antara dua zona ombak pecah. Arus yang kuat dan mengalir tegak lurus menjauhi pantai ini berhasil dipetakan secara akurat. Untuk memantau fenomena ini, dua kamera resolusi tinggi (2560×1440 pixel) dipasang di lokasi yang tinggi.

Hasil penelitian dosen Unhan ini menunjukkan presisi hingga 95% (mAP: 0,95) dalam mengidentifikasi anatomi permukaan Rip Current di Pantai Drini yang kemunculannya bervariasi setiap waktu.

Tim menemukan bahwa bentuk Rip Current umumnya melebar saat air pasang dan menyempit saat air surut. Momen paling berbahaya terpantau saat air surut, yang biasanya terjadi antara Pukul 06.00 – 08.00 WIB. Pada saat inilah wisatawan sering mencari tempat yang lebih dalam untuk bermain, padahal kecepatan arus terpantau mencapai 0,3-0,5 m/s pada poros utama Rip Current—kecepatan yang cukup untuk menyeret seseorang ke tengah laut.

Meskipun petugas Satlinmas Rescue Istimewa Yogyakarta telah berulang kali mengumumkan larangan mandi, insiden seperti yang menimpa 13 pelajar tersebut tetap terjadi.

Dr. Gentio Harsono berharap, hasil penelitian ini dapat segera diimplementasikan sebagai alat peringatan dini (early warning system) bagi wisatawan.

“Dengan identifikasi anatomi dan kecepatan arus secara real-time, kita dapat mencegah korban wisatawan hanyut. Langkah strategis seperti pemasangan rambu peringatan, peningkatan pengawasan petugas, dan sosialisasi bahaya Rip Current harus menjadi prioritas,” tegasnya.

(*)

Komentar