Mitigasi Bencana: Mengurangi Dampak Bencana atau Menanggulangi Akibat Bencana?

Oleh : Shilva Lioni
(Dosen Universitas Andalas)

Sakato.co.id – Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mendengar dan dihadapkan pada sebuah pertanyaan yakni “Lebih baik mana mencegah daripada mengobati”? Jawaban yang muncul pun tentu akan beragam. Ada yang memilih untuk mengobati terlebih pada sebuah hal yang dinilai sudah terlanjur terjadi namun tidak sedikit pula yang memilih tindak pencegahan yakni sebelum suatu hal terjadi sebagai jawaban.

banner 1080x788

Banyak orang mengatakan mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tentu didasarkan pada beberapa alasan salah satunya mungkin saja yakni jika ditelaah dari beratnya usaha dan tindakan yang akan dilakukan. Dalam upaya pencegahan, tindakan dan usaha yang akan dimunculkan seseorang tentu tidak akan sama berat dengan tindakan yang akan dilakukan dalam rangka mengobati sesuatu yang sudah terjadi dan mengakibatkan banyak hal karena bagaimana pun mengobati banyak hal tentu akan membutuhkan sebuah proses, waktu, dan usaha yang panjang disamping penanggulangan terhadap dampak dan akibat yang telah ditimbulkan.

Dikaitkan dengan konsep mitigasi bencana, tindakan pencegahan tentu akan menjadi harapan dan prioritas utama dalam diri setiap lapisan masyarakat dibandingkan dengan tindakan penanggulangan bencana. Harapan untuk dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana nantinya tentu menjadi cita-cita tak terelakkan bagi seluruh elemen dan lapisan masyarakat.

Bartolak dari itu berkaca dengan apa yang sudah terjadi dalam beberapa waktu yang lalu, yakni dahsyatnya bencana seperti erupsi gunung merapi yang terjadi beberapa waktu lalu, banjir bandang, galodo, hingga lahar dingin yang menimbulkan banyak korban, kerugian fisik dan material bagi banyak orang terdampak seakan menjadi saksi dari kurangnya tindak pencegahan yang telah dan mampu kita lakukan sebelumnya.

Mengenal Apa itu Bencana

Bencana alam adalah salah satu bentuk bencana yang paling nyata dan sulit untuk diprediksi kehadirannya. Menurut KBBI, kata bencana dapat diartikan sebagai sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan, kecelakaan, dan bahaya. Berbicara terkait bencana alam, ada satu logika dasar yang semestinya kita pahami yakni apapun itu selama berkaitan dengan alam maka akan terjadi melalui sebuah hukum sebab-akibat dan dengan mekanisme tersendiri yang mana terjadi dalam sebuah fase waktu yakni bukan terjadi dalam satu ledakan waktu maupun secara tiba-tiba. Sebagai ilustrasi kita dapat melihat pada fenomena turunnya hujan yang mana tentu kehadirannya melewati proses mekanisme dan alur tertentu terlebih dahulu seperti melalui dan diawali dengan proses penguapan air laut, pembentukkan titik-titik air di langit, pergerakan titik air yang bertemu dan bertabrakan sehingga menjadikan awan terlalu berat, hingga kemudian titik air tersebut jatuh menjadi titik air hujan. Begitu juga halnya dengan fenomena alam lainnya.

Berhubungan dengan alam, membaca apa yang sudah dan akan terjadi di alam tentu menjadi penting bagi manusia demi mencegah terjadinya bencana alam dan dampak yang lebih besar yang dapat ditimbulkannya. Sebagai contoh pada kasus lahar dingin dan galodo yang terjadi di dalam beberapa waktu lalu. Munculnya galodo yang membawa banyak material seperti kayu dan batu yang disinyalir dari gunung merapi tentu jika kita cermati tidak terjadi dalam satu waktu kejadian saja, namun jika kita putar kembali kebelakang mungkin saja hal ini juga terkait dengan fenomena erupsi gunung merapi yang telah terjadi beberapa kali dalam beberapa bulan belakangan yakni pada bulan maret lalu dan bulan desember pada tahun lalu. Muntahan material yang dikeluarkan ketika erupsi tersebut disinyalir kemudian persaat ini ikut menyumbangsih dan tersapu oleh derasnya hujan yang kemudian mengakibatkan berbagai dampak lainnya yang kita terima per saat ini.

Lebih lanjut, istilah mitigasi bencana secara harafiah dapat diartikan sebagai sebuah tindakan mengurangi dampak bencana. Berbicara terkait tindakan untuk mengurangi dampak bencana, tentu akan berkait dengan tindak pencegahan apa yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana bukan sebaliknya yakni mengobati atau menanggulangi apa yang sudah terjadi. Mitigasi bencana seharusnya dikembalikan lagi ke pengertian dan konsep dasarnya yakni mencegah bukan menanggulangi. Pencegahan yang baik tentu hanya dapat dihasilkan dari kemampuan analisa dan rasa cepat tanggap terhadap fenomena yang ada baik itu terhadap tanda awal ataupun memprediksinya dengan tepat terkait akibat dan masalah yang dapat ditimbulkannya di kemudian hari.

Mitigasi bencana seharusnya dikembalikan kembali pada konsep dasar dan marwahnya bukan sebaliknya. Sebagaimana nasihat para leluhur kita dahulunya yang selalu berpesan dan mengatakan “Sedia payung sebelum hujan”, demikian pulalah seharusnya prinsip kerja mitigasi bencana dilakukan. Jangan sampai tunggu korban dan kejadian terlebih dahulu baru kita mau memikirkan dan bertindak atau dengan kata lain jangan sampai tunggu badan kita basah kuyup dulu baru kemudian kita menyediakan payung karena terkadang tindak apapun yang kita lakukan setelah kejadian tidak akan bisa menghilangkan dampak yang sudah muncul.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *