Membendung “Tsunami Tontonan” di Era Digital, LSF Ajak Masyarakat Padang Budayakan Sensor Mandiri

Sakato.co.id – Arus deras informasi digital ibarat “tsunami tontonan” yang kini mengombang-ambingkan masyarakat, khususnya anak-anak, tanpa filter yang jelas. Menyadari urgensi ini, Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) bergerak cepat dengan menggelar inisiatif edukatif bertajuk Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Padang, Kamis (17/7/2025).

Berlokasi strategis di Bioskop XXI Basko City Mall, acara yang mengusung tema “Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia” ini sukses menarik ratusan peserta dari berbagai lapisan masyarakat. Puncaknya, pemutaran film religi “Assalamualaikum Baitullah” menjadi penutup manis rangkaian kegiatan ini.

Ketua LSF RI, Naswardi, menegaskan betapa krusialnya budaya menyaring tontonan secara mandiri di tengah masifnya akses terhadap konten hiburan. “Kita menghadapi tsunami tontonan. Semua usia kini bisa dengan mudah mengakses film dan konten digital, baik lewat gawai maupun aplikasi,” ujar Naswardi.

Ia menekankan bahwa klasifikasi usia yang tertera pada setiap film bukanlah sekadar label, melainkan penanda kesesuaian konten dengan psikologis penonton. “Film memiliki klasifikasi seperti semua umur, 13+, atau 17+. Ini bukan sekadar label, tapi penanda kesesuaian konten dengan psikologis penonton. Sensor mandiri adalah upaya negara hadir lewat kesadaran masyarakat itu sendiri,” jelasnya gamblang. Naswardi berharap, literasi tontonan ini wajib ditanamkan sejak dini.

Dalam kesempatan tersebut, Naswardi juga mengungkapkan optimisme terhadap perkembangan industri perfilman nasional. LSF sendiri menyensor sekitar 4.000 film, baik dari dalam maupun luar negeri, setiap tahunnya. Menariknya, produksi film lokal kini bahkan melampaui jumlah film dari 17 negara lain.

“Jumlah penonton film nasional telah menembus angka 80 juta. Ini bukti perfilman kita sedang berkembang pesat. Melalui gerakan ini, kami ingin membangun ekosistem tontonan sehat dan bermutu,” katanya bangga. Salah satu capaian membanggakan yang disinggung adalah film animasi nasional “Jumbo” yang berhasil meraih lebih dari 10,6 juta penonton di Indonesia dan kini telah diputar di 15 negara.

LSF terus berkomitmen mendukung ekosistem perfilman nasional dengan menggandeng seluruh pemangku kepentingan, termasuk pengusaha bioskop dari jaringan XXI, CGV, Cinepolis, serta bioskop independen. “Kami ingin film nasional mendapat tempat terbaik di hati penonton dan terus mendorong lahirnya karya-karya yang membanggakan, baik di dalam negeri maupun di pentas dunia,” pungkas Naswardi.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, Jefrinal Arifin, turut mengapresiasi inisiatif LSF. Ia menyoroti perubahan pola menonton anak-anak dan remaja di era digital, yang kini beralih dari televisi langsung ke ponsel, sehingga mereka terpapar berbagai konten, termasuk yang tidak sesuai usia.

“Ini membuat mereka terpapar berbagai konten, termasuk yang tidak sesuai usia,” ujar Jefrinal. Ia menegaskan pentingnya peran orang tua dalam menerapkan sensor mandiri di lingkungan keluarga. Menurutnya, sensor mandiri bukan hanya menjadi benteng, tetapi juga sarana untuk membentuk karakter generasi muda.

Acara edukatif yang sarat makna ini ditutup dengan pemutaran film “Assalamualaikum Baitullah”, yang dijadwalkan tayang serentak di 500 bioskop seluruh Indonesia. Nonton bareng tersebut turut dihadiri oleh Wakil Walikota Padang, Maigus Nasir, beserta sejumlah tamu undangan lainnya, menandai komitmen bersama dalam menciptakan budaya menonton yang sehat dan bertanggung jawab.

(*)

 

Komentar