Sakato.co.id – Kedatangan pengungsi asing kesuatu wilayah terkadang dapat menimbulkan terjadinya beberapa konflik dengan masyarakat lokal.
Seperti kedatangan pengungsi dari rohingya Aceh saat ini per data hingga Desember 2023 ada kurang lebih 1.600 orang yang juga menimbulkan beberapa kali terjadi konflik didaerah tersebut.
Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Azazi Manusia (Kanwil Kemenkumham) Sumatera Barat (Sumbar) saat Rapat Timpora (Tim Pengawasan Orang Asing) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2024 bersama instansi terkait lainnya di Padang mengatakan dari sebanyak itu pengungsi tidak menutup kemungkinan masuk ke wilayah Sumatera Barat.
Namun masyarakat diminta untuk tidak mudah percaya dan langsung tersulut emosi mendengar kabar-kabar kedatangan pengungsi tersebut.
Seperti pada Bulan Januari lalu sempat ada berita viral terkait adanya pengungsi Rohingnya yang sudah masuk ke wilayah Sumbar melalui laut di Kota Pariaman.
“Mengetahui hal tersebut, kita langsung berkoordinasi dengan pihak Polres setempat terkait informasi itu. Setelah berkoordinasi kita pastikan informasi tersebut Hoaks,” beber Kepala Divisi Keimigrasian, Novianto Sulastono.
Lebih lanjut ia menegaskan, bahwa pengawasan terkait pengungsi orang asing ini bukan hanya tugas dari Imigrasi saja dan itu juga merupakan kerja dari instansi lain, Pemerintah Daerah, TNI-Polri. “Jadi kita akan menyamakan persepsi, seperti siapa berbuat apa dan siapa tanggung jawab apa,” tegasnya.
Novianto menambahkan, untuk saat ini keberadaan orang asing di Sumatera Barat itu ada sebanyak 499 orang yang merupakan orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas, izin tinggal tetap, serta kunjungan secara keseluruhan.
Sehingga dari data diatas sampai saat ini terlihat belum ada pengungsi rohingya yang terdata sampai ke sumbar, dan setiap orang asing ke Sumbar selalu dilakukan pengawasan.
“Harapan dari rapat ini yakni bagaimana Tim Pengawasan Orang Asing di Sumbar ini semakin solid, bersinergitas, berkolaborasi, sehingga pengawasan keberadaan orang asing di Sumbar bisa optimal,” pungkasnya.
(*)