Sakato.co.id – Kantor Wilayah Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Wilayah Sumatera Barat (Sumbar) menggelar peringatan Hari Bhakti Pemasyarakatan (HBP) ke-61, yang dilaksanakan secara Daring bersama Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto, beserta seluruh jajaran perwakilan Kementerian Imipas di seluruh Indonesia.
Untuk di Sumatera Barat, kegiatan dipusatkan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Padang, Senin (28/4/2025), yang turut dihadiri Kepala Kantor Wilayah Kementerian HAM Sumatera Barat, Dewi Nofyenti, jajaran Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas), Kepala UPT Pemasyarakatan se-Sumbar, Forkopimda, dan tamu undangan lainnya.
Acara ini menjadi momentum untuk merefleksikan peran pemasyarakatan dalam mendukung program pemerintah serta memberdayakan warga binaan agar mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sumatera Barat, Marselina Budiningsih, yang hadir didampingi oleh Kepala Lapas Kelas IIA Padang, Junaidi Rison, menyampaikan bahwa pemasyarakatan memiliki visi yang jelas untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat luas.
“Hal ini sejalan dengan program-program pemerintah yang kemudian diterjemahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui 13 program akselerasi,” ungkapnya.
Salah satu implementasi nyata dari program tersebut adalah upaya ketahanan pangan yang dilaksanakan secara serentak di seluruh unit pemasyarakatan di Sumatera Barat, mulai dari Lapas, Rumah Tahanan Negara (Rutan). Meskipun di beberapa tempat terkendala lahan yang terbatas, inovasi seperti pemanfaatan hidroponik tetap dioptimalkan.
Marselina menyoroti keberhasilan Lapas Terbuka Pasaman yang memiliki lahan seluas 20 hektar, di mana 7 hektar di antaranya telah produktif ditanami singkong, jagung, dan berbagai tanaman lainnya. Meskipun sebagian lahan belum optimal karena keterbatasan sumber daya manusia, pihaknya berkomitmen untuk terus mengembangkan potensi ini secara bertahap.
“Hasil panen dari Lapas Terbuka Pasaman bahkan telah dimanfaatkan oleh pihak ketiga untuk diolah menjadi berbagai produk makanan, termasuk kerupuk sanjai yang memiliki pangsa pasar yang signifikan di Pekanbaru,” jelas Marselina.
Lebih lanjut, Kakanwil Kemenkumham Sumbar juga mengapresiasi hasil karya warga binaan dari Lapas Padang dan Lapas Bukittinggi, terutama produk sandal yang berpotensi untuk dipasarkan ke hotel dan rumah sakit. Permintaan terhadap produk sandal ini cukup tinggi, dengan pesanan bulanan mencapai angka 6.000 hingga 10.000 pasang.
Ke depan, pihaknya berharap adanya dukungan yang lebih besar dari pemerintah daerah dalam mengembangkan bidang usaha kemandirian dan kewirausahaan di lingkungan pemasyarakatan.
Marselina menceritakan pengalaman sukses saat pameran produk warga binaan, di mana berbagai produk unggulan seperti kerupuk sanjai, bawang goreng, sandal Pariaman, dan jilbab rajutan habis terjual.
Hal ini menunjukkan potensi besar Sumatera Barat dalam mengembangkan ekonomi kreatif berbasis keahlian warga binaan, seperti merajut dan menyulam, yang dapat diaplikasikan pada berbagai produk khas daerah, termasuk Selendang Koto Gadang. Bahkan, Direktur Jenderal Pemasyarakatan sendiri sempat memesan Selendang Koto Gadang tersebut.
Marselina meyakini bahwa dengan potensi yang besar dan kualitas produk yang dihasilkan, partisipasi dalam berbagai event akan semakin meningkatkan citra dan daya tarik produk warga binaan di mata masyarakat luas.
Dalam kesempatan tersebut, Marselina juga menyinggung sinergi yang baik antara pihaknya dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat dalam upaya pemberantasan narkoba.
“Kerjasama yang terjalin selama ini telah berjalan dengan baik dan akan terus ditingkatkan. Salah satu strategi yang diterapkan di lingkungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan adalah penguatan pengendalian internal pegawai dan warga binaan untuk meminimalisir potensi penyalahgunaan narkoba,” tuturnya.
Selain itu, inovasi program bernama “Wartelpas” juga menjadi perhatian. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi antara warga binaan dengan keluarga melalui sarana yang terjangkau, bahkan sebagian di antaranya gratis atau dengan biaya yang sangat minim.
“Seluruh komunikasi ini direkam dan diawasi untuk memastikan keamanan dan ketertiban. Kerjasama dengan pihak terkait dalam implementasi program ini terus diperkuat untuk mencapai hasil yang optimal,” pungkasnya.
Peringatan HBP ke-61 di Lapas Kelas IIA Padang juga dilakukan kegiatan tasyakuran dengan acara potong tumpeng, dalam kesempatan itu juga dilakukan pembagian sembako kepada keluarga warga binaan pemasyarakatan (WBP), dan penyerahan sejumlah penghargaan untuk UPT serta untuk Stakeholder terkait.
(*)
Komentar