Sakato.co.id – Gunung Marapi dengan ketinggian 2891 mdpl yang berada di wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat mulai hari ini, Selasa (9/1/2023) naik status dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).
Peningkatan status Marapi tersebut setelah hasil pemantauan dari Pos Pengamatan Gunung api Marapi di Belakang Balok, Bukittinggi yang mencatat peningkatan terus terjadinya erupsi semenjak awal erupsi pada 3 Desember 2023 lalu hingga 8 Januari 2024.
“Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka tingkat aktivitas
Gunung Marapi dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung dari tanggal 9 Januari 2024 pukul 18:00 WIB, dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi/ancaman bahaya terkini,” ungkap Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan, dalam keterangan resminya yang diterima, Selasa (9/1/2024).
Ia jelaskan dengan adanya aktivitas erupsi yang teramati secara visual dan masih terekamnya gempa erupsi
dan gempa hembusan yang disertai dengan tremor menerus menunjukkan aktivitas Gunung
Marapi masih tergolong tinggi.
“Kemudian dari data satelit Sentinel juga menunjukkan bahwa laju
emisi (fluks) gas SO2 yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Marapi saat ini tergolong tinggi,” sebutnya.
“Lalu kehadiran magma di dalam/dasar kawah yang terindikasi sejak teramatinya pancaran
sinar api di puncak Gunung Marapi pada tanggal 6 Desember 2023 malam hari dan teramatinya
lontaran material pijar pada erupsi-erupsi berikutnya menunjukkan bahwa telah terjadi
perubahan tipe erupsi/letusan dari tipe freatik menjadi tipe magmatik,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dengan kondisi tersebut di atas dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di
dalam tubuh gunungapi yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi dengan energi yang
meningkat dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi.
“Oleh karena itu potensi/ancaman bahaya Gunung Marapi juga dapat menjadi lebih luas,” kata dia.
Kemudian ia menjelaskan lagi jika pasokan magma dari kedalaman terus berlangsung dan cenderung meningkat maka erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar dengan potensi/ancaman
bahaya dari lontaran material vulkanik berukuran batu (bom), lapili, atau pasir diperkirakan dapat menjangkau wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi/Kawah
Verbeek.
“Sedangkan untuk potensi/ancaman dari abu erupsi dapat menyebar lebih
luas/jauh yang tergantung pada arah dan kecepatan angin,” jelasnya lagi.
Lalu material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi dapat menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan. Oleh karena itu terdapat potensi bahaya dari aliran/banjir lahar pada lembah/aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi.
“Ada juga terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2S di area kawah/puncak Gunung Marapi,” kata dia.
(*)