Sakato.co.id – Sektor jasa keuangan di Sumatera Barat menunjukkan performa positif pada Januari 2025, dengan pertumbuhan yang solid dan tingkat risiko yang terkendali. Kondisi ini turut menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang tercermin dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulan IV-2024 yang mencapai 4,04 persen (yoy). Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Barat, Roni Nazra.
“Kinerja sektor jasa keuangan yang positif ini menunjukkan resiliensi dan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Sumatera Barat,” ujar Roni Nazra, dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Rabu (26/3/2025).
Lebih lanjut kata Roni, sektor perbankan menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan ini. Hingga Januari 2025, total aset perbankan di Sumbar mencapai Rp84,44 triliun, tumbuh 5,49 persen (yoy).
“Penyaluran kredit/pembiayaan juga melonjak 5,14 persen (yoy) menjadi Rp73,24 triliun. Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp56,37 triliun, naik 3,77 persen (yoy),” sebutnya.
Meski demikian kata dia, rasio kredit bermasalah (NPL) sedikit meningkat menjadi 2,37 persen dari 2,25 persen di periode yang sama tahun sebelumnya, namun masih dalam batas yang terkendali.
“Kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga menunjukkan komitmen tinggi perbankan, dengan penyaluran mencapai Rp31,42 triliun atau 42,91 persen dari total kredit,” ucapnya.
Kemudian kata Roni Nazra, Perbankan syariah di Sumatera Barat mencatat pertumbuhan yang sangat impresif. Total asetnya melesat 22,17 persen (yoy) menjadi Rp12,72 triliun di Januari 2025. Penghimpunan DPK juga tumbuh 10,31 persen (yoy) menjadi Rp10,74 triliun, diikuti dengan penyaluran pembiayaan yang meningkat 20,14 persen (yoy) mencapai Rp10,59 triliun. Kabar baiknya, risiko pembiayaan syariah (NPF) justru menurun menjadi 1,44 persen dari 1,63 persen di tahun sebelumnya.
Bank Perekonomian Rakyat (BPR) juga tak kalah bersinar. Aset BPR di Sumbar tumbuh 7,71 persen (yoy) mencapai Rp2,79 triliun. Penyaluran kreditnya pun melonjak 10,03 persen (yoy) menjadi Rp2,15 triliun, di mana 71,83 persen di antaranya disalurkan untuk UMKM. Namun, ada catatan penting terkait rasio kredit bermasalah BPR (NPL/NPF) yang meningkat signifikan dari 8,01 persen menjadi 10,03 persen.
“Kenaikan ini, menurut OJK, disebabkan berakhirnya stimulus restrukturisasi kredit dampak Covid-19 pada Maret 2024, sementara kemampuan bayar debitur masih belum sepenuhnya pulih,” jelasnya.
Ia ungkapkan, minat masyarakat Sumatera Barat terhadap pasar modal terus meningkat. Jumlah Single Investor Identification (SID) mencapai 198.057 investor di Januari 2025, tumbuh 13,45 persen (yoy). Investor saham meningkat 22,05 persen (yoy) menjadi 94.620 SID, sedangkan investor reksa dana naik 13,68 persen (yoy) menjadi 187.404 SID.
“Pertumbuhan juga terlihat pada investor Surat Berharga Negara (SBN) yang naik 19,99 persen (yoy) menjadi 8.564 SID,” kata dia.
Lalu, untuk Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), khususnya perusahaan pembiayaan, menunjukkan kinerja yang baik dengan total pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp5,53 triliun, tumbuh 3,86 persen (yoy). Meski demikian, rasio NPF tercatat sedikit meningkat.
Di sisi lain, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) cenderung stagnan dengan sedikit penurunan aset dan penyaluran pembiayaan.
OJK Provinsi Sumatera Barat juga terus gencar melakukan edukasi dan perlindungan konsumen. Pada Januari 2025, OJK telah mengadakan 3 kegiatan edukasi langsung dan 5 edukasi tidak langsung melalui media sosial dan cetak, menyasar masyarakat umum, UMKM, serta pelajar/mahasiswa.
Dalam hal perlindungan konsumen, Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK) mencatat 302 layanan masyarakat dari Sumatera Barat yang terkait dengan Pelaku Usaha Jasa Keuangan yang diawasi OJK. Selain itu, 312 layanan lain terkait dengan entitas yang tidak diawasi OJK, seperti pinjaman online ilegal dan investasi ilegal, juga telah ditangani.
“Perkembangan positif di sektor jasa keuangan ini menjadi indikator penting bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Sumatera Barat,” pungkasnya.
(*)
Komentar