Sakato.co.id – Korban kedua atas nama Afrizal (50) nelayan yang dilaporkan hilang setelah perahu yang mereka tumpangi terbalik akibat cuaca buruk di perairan Pulau Pisang Gadang, Kota Padang, Sumatera Barat, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, Senin sore (15/9/2025).
“Korban ditemukan tadi sekitar pukul 17.10 WIB korban atas nama Afrizal telah ditemukan oleh tim SAR gabungan dalam keadaan meninggal dunia pada koordinat 1° 0’6.15″S – 100°14’53.58″T, 3.8NM dari LKP,” ungkap Kasi Ops Kantor SAR Kelas A Padang, Hendri.
“Setelah dilakukan evakuasi oleh Tim SAR gabungan, korban langsung dibawa ke rumah duka,” imbuhnya.
Dalam pencarian korban tersebut, tambah Hendri, Tim SAR yang tergabung yaitu dari KPP Padang 20 Orang, Pol Airud 10 Orang, Brimob 18 Orang, BPBD 10 Orang, Damkar 6 Orang, TNI AL 5 Orang, PMI 6 Orang, Satpol PP 10 Orang, Rumah Zakat 2 Orang, Seadoo 5 Orang, RSUP M Djamil 5 Orang serta Masyarakat.
“Kedua korban telah ditemukan, operasi SAR kita nyatakan ditutup, dan semua personel yang terlibat dikembalikan ke kesatuan masing-masing, dengan ucapan terimakasih,” kata dia.
Kasiops Kantor SAR Kelas A Padang, Hendri, mengonfirmasi insiden yang terjadi pada Minggu, 14 September 2025. Peristiwa ini bermula saat tiga nelayan bernama Dian (54), Jun (35), dan Afrizal (50), pergi melaut untuk memancing ikan sekitar pukul 05.00 WIB. Saat berada di perairan Pulau Pisang Gadang, perahu mereka tiba-tiba terbalik diterjang gelombang dan angin kencang.
“Satu korban, atas nama Jun berhasil selamat. Namun, dua rekannya, Dian dan Afrizal, masih dalam pencarian,” terang Hendri.
Pihak SAR Padang menerima laporan kejadian ini pada pukul 23.40 WIB dari Arif, anak salah satu korban. Tim SAR gabungan segera bergerak cepat dengan memberangkatkan satu unit perahu karet (RIB 02) pada pukul 23.55 WIB menuju lokasi kejadian. Tim yang terdiri dari tujuh personel ini menempuh perjalanan sekitar 30 menit.
Operasi pencarian ini didukung oleh berbagai alat utama (alut) dan perlengkapan SAR, termasuk Rescue Car, KN SAR Yudhistira, Pal Komunikasi, Pal Medis, dan sebuah drone thermal untuk membantu proses pencarian di malam hari.
Namun, menurut Hendri, proses pencarian menghadapi tantangan besar. “Faktor cuaca menjadi hambatan utama dalam operasi ini. Kondisi di lapangan masih berangin kencang dan gelombang tinggi,” jelasnya.
(*)









Komentar