Sakato.co.id – Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Sumbar untuk Pemilu 2024 sebanyak 4.088.606 pemilih atau 1,99 persen dari total jumlah nasional.
Dibandingkan provinsi lain di Indonesia, pemilih Sumbar tergolong kecil. Meskipun demikian, suara warga Sumbar ini tetap diperhitungkan di pentas politik nasional.
Menanggapi hal itu, Analis Politik Arifki Chaniago mengungkapkan, suara pemilihan di Sumbar sangat penting dalam setiap gelaran pemilu atau pemilihan presiden (Pilpres).
“Artinya, meski penduduk Sumbar jumlahnya sedikit tapi kelebihan masyarakat Sumbar adalah bunyi, kalau tidak ada bunyi dari orang Sumbar begitu dirasa kurang elegan,” ujarnya, Jumat, (13/7/2023).
Sebenarnya, menurut Arifki, bunyi dari orang Sumbar menjadi sebuah kekuatan politik oleh tokoh-tokoh nasional untuk menggaet perhatian masyarakat Sumbar atau Minangkabau.
“Dampak bunyi itu tinggi karena pengakuan politik Sumbar lebih besar dari daerah lain. Sehingga tokoh-tokoh nasional dari Soekarno sampai Jokowi berusaha merebut hati orang Sumbar meskipun suaranya tidak terlalu besar,” jelasnya.
Sementara itu Pakar Politik Universitas Andalas Prof Dr. Asrinaldi menegaskan bahwa meskipun pemilih Sumbar tidak sampai 2 persen, tapi tidak bisa dipandang remeh.
Pentingnya dukungan dari warga Sumbar, ujar Asrinaldi, menurut juga terkait sejarah masa lalu, dimana pendiri NKRI banyak berasal dari Sumbar.
“NKRI didirikan umumnya ya hampir 60 persen dari tokoh-tokoh Sumbar. Nah jadi mau tidak mau tentu ada gengsi tersendiri ya jika menjadi presiden atau Pemilu itu harus bisa ‘menaklukkan’ Sumbar,” terangnya.
Menurut Asrinaldi, sejarah Itu lah yang menjadikan Sumbar menjadi penting dan strategis pada setiap kontestasi politik nasional
Disisi lain, Akademisi UIN Imam Bonjol Tokoh Prof. DR. Duski Samad mengatakan hal senada. Walaupun jumlah pemilih Sumbar terbilang kecil untuk hitungan suara nasional, namun itu tidak bisa dianggap sebagai tolak ukur utama dalam pemilu.
“Ini bukan cuma persoalan jumlah pemilih, namun Sumbar juga bagian dari Indonesia, karena Pemilu bukan cuman soal jumlah tapi juga soal partisipasi wajib terlibat, apalagi dari segi wilayah dia adalah bagian dari Indonesia,” katanya.
“Kemudian juga ada sejarah Panjang Sumbar yang kalau dihitung memang benar lebih dari 50% pendiri bangsa adalah keturunan dari Minang,” jelas Duski Samad.
Selain itu, katanya, Sumbar juga dikenal dengan pemilih cerdas sehingga dengan embel-embel ini tentu beda efeknya di mana orang yang memenangkan pemilihan.
“Selain Sumbar dikenal juga dengan pemilihan cerdas yang semua orang punya preferensi politik yang tidak bisa dipastikan, juga karena masyarakat Sumbar dikenal dengan masyarakat perantau sehingga punya pengaruh di berbagai provinsi di Indonesia yang biasa kita namakan efek kultur budaya,” ucapnya.
(*)