Sakato.co.id – Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Supardi, mengajak masyarakat adat, yang terdiri dari ninik mamak, bundo kanduang, alim ulama, hingga cadiak pandai, untuk berperan aktif dalam menyelesaikan persoalan sosial yang berkembang di masyarakat.
“Dahulu Sumbar merupakan provinsi yang merajai perputaran uang di Sumatera. Sekarang, perputaran uang mengalami penurunan seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin konsumtif,” ungkap Supardi saat membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebudayaan, Jumat (17/5/2024).
Supardi juga menyebutkan maraknya lembaga pemberi kredit atau leasing menjadi salah satu bukti pergeseran gaya hidup masyarakat. Dalam sehari, lembaga leasing bisa menghimpun dana masyarakat lebih kurang Rp 10 miliar dan membawa ke pusatnya. Fenomena ini menunjukkan betapa masyarakat semakin terikat pada konsumsi berlebihan.
Selain persoalan ekonomi, Supardi juga menyoroti tingginya angka pengangguran yang berdampak pada peningkatan kriminalitas dan peredaran narkoba.
“Pengangguran yang tinggi berdampak pada tingginya tingkat kriminalitas dan peredaran narkoba. Ini harus diselesaikan bersama-sama,” tegasnya.
Pada tingkat pendidikan, kota Payakumbuh menunjukkan prestasi yang lebih baik dibandingkan daerah lain di Sumbar, meskipun masih menghadapi masalah pengangguran yang cukup tinggi.
Supardi menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mengatasi berbagai persoalan sosial. “Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi peran masyarakat sangat penting,” imbuhnya.
Menurutnya sangat penting dilakukan peningkatan kapasitas diri para pemangku adat untuk menjaga kelangsungan manajemen masyarakat, sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2022 tentang Sumatera Barat yang menggarisbawahi filosofi Minangkabau, Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah.
Hadir dalam acara Bimtek tersebut adalah Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Jefrinal Arifin, serta narasumber Buya Zuari Abdullah, Irwan Malin Basa, dan S. Metron Masdison.
Bimtek dengan tema “Tarandam-randam Indak Basak, Tarapuang-apuang Indak Anyuik” diharapkan dapat mendorong pemangku adat untuk meneruskan adat budaya kepada generasi muda.
“Pemahaman adat dan budaya generasi muda semakin lama semakin berkurang. Kita harus memastikan adat dan budaya tetap hidup di tengah-tengah masyarakat,” ujar Jefrinal.
(*)