Sakato.co.id – Ketua DPRD Sumatera Barat, Muhidi, melihat potensi besar di balik kepulan aroma lontong pagi hari. Namun bukan di Pasar Raya, melainkan di Makkah, tempat ribuan jemaah haji asal Indonesia berkumpul setiap tahunnya.
“Lontong itu jadi menu favorit jemaah haji. Kalau UMKM bisa masuk ke pasar ini, omzet miliaran bukan hal mustahil,” kata Muhidi saat meninjau Unit Layanan Kemasan di PLUT KUMKM Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Selasa (17/6/2025).
Ia menyebut harga jual per porsi makanan khas seperti lontong di Makkah bisa berkisar 5 hingga 25 riyal, atau sekitar Rp20 ribu sampai Rp100 ribu. “Itu baru lontong. Belum lagi bakso dan pecal. Ini peluang yang belum tergarap serius,” ujarnya.
Muhidi mendorong pelaku UMKM kuliner, khususnya di Padang, untuk tak sekadar melayani pasar lokal. Menurutnya, musim haji adalah momentum emas yang bisa dioptimalkan untuk membuka jalur distribusi makanan khas ke Timur Tengah.
“Tapi tentu saja, pelaku usaha tidak bisa bergerak sendiri. Dinas Koperasi dan UMKM harus hadir, membantu dari sisi perizinan, pengemasan, hingga standarisasi produk,” katanya.
Tahun ini, Embarkasi Haji Padang memberangkatkan 6.249 jemaah, terdiri dari 4.613 jemaah asal Sumbar dan 1.636 dari Bengkulu. Bagi Muhidi, angka ini bukan sekadar statistik, melainkan pasar strategis yang harus dimanfaatkan UMKM kuliner lokal.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Hendrizal, menyambut baik ide tersebut. Ia menilai gagasan ekspansi kuliner lokal ke pasar haji sangat relevan dan realistis, selama dibarengi peningkatan kualitas produk.
“Daya tahan, kemasan, dan keamanan pangan harus terus ditingkatkan. Kita siap mendampingi,” ujar Hendrizal.
Ia juga menambahkan bahwa produk kuliner yang dikemas baik dan memenuhi standar internasional bukan hanya bisa menjangkau jemaah haji, tapi juga pasar ekspor yang lebih luas. (*)
Komentar