Sakato.co.id – Dalam rangka peringati hari anti kekerasan terhadap perempuan, Jaringan Peduli Perempuan dan sejumlah LSM melakukan Aksi Gerak Jalan dari depan polda Sumbar, Menuju Korem dan kembali ke titik awal, Minggu (26/11/2023).
“Kekerasan seksual adalah fenomena gunung es dimana jumlahnya yang dilaporkan tak sebanding dengan yang sebenarnya terjadi saat ini. Banyak korban yang takut melaporkan katena alasan aib dan takut disalahkan dan rumitnya penanganan hukum, ungkap Direktur Nurani Perempuan, Rahmi Meri Yenti.
Lebih lanjut, Meri mengatakan kekerasan berdampak trauma seumur hidup kepada korbannya berupa dampak fisik, psikologis, sosial, ekonomi bahkan kerusakan organ seksual hingga kematian.
“Masyarakat harus ambil peran menciptakan ruang aman dengan tidak melakukan blaming, stigma, reviktimasi dan driskiminasi terhadap korban,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut nampak jaringan peduli perempuan menginisiasi long march, menampilkan beberapa kesenian berupa puisi dan menyiapkan kertas dalam bentuk hati, semua pengunjung bisa menuliskan keresahan mereka terhadap kekerasan terhadap perempuan.
“Ayo lindungi korban kekerasan seksual, kita berharap tidak ada anak dan perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual lagi. Kita menuntut dan menghimbau seluruh elemen masyarakat dan pemerintah memutus mata rantai kekerasan seksual dengan menerapkan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual no 12 tahun 2022, perkuat akses keadilan bagi korban kekerasan seksual atas layanan perlindungan dan pemulihan yang inklusif,” pungkasnya.
(*)