Sakato.co.id – Ketegangan politik menjelang pemilu 2024 semakin tajam, ini hampir terjadi pada kelompok-kelompok poltik yang aktif digelanggang politik nasional. Tidak luput juga dinamika politik ini terjadi di tubuh Nahdhatul Ulama (NU) Sejumlah aktivis, ormas dan beberapa kelompok itu saling berkomentar terkait politik dalam rangka pemilu serentak di tahun 2024.
Kondisi itupun mengundang salah satu tokoh muda nasional yang membidangi Halaqoh Gusdurian Minangkabau Khairul Anwar untuk angkat bicara bahwa sebagai masyarakat pecinta NU, harus bersama sama menyelamatkan organisasi terbesar didunia ini dari aktifitas politik yang diduga akan merugikan kepentingan NU di pentas politik Nasional dengan dalih apapun dan siapapun
“Saya harus angkat bicara dengan fenomena politik hari ini, karena kecintaan saya terhadap NU. Jangan sampai NU dirugikan oleh keinginan politik yang haus kekuasaan” terang tokoh yang akrab disapa Tan Rajo, Jumat (6/10/2023).
Ditegaskan Tan Rajo bahwa sejatinya sebagai masyarakat dan kader NU harus mengembalikan semangat dan visi kebangsaan yang digagas oleh para pendiri dan tokoh NU untuk kepentingan bangsa bukan kekuasaan semata. Semua itu telah jelas dan sangat terang tertuang dalam hasil Mukttamar NU bahwa kembali ke khitah NU 1926.
“Saya dengan penuh keyakinan dan kesadaran bahwa NU merupakan milik dan harapan banyak kelompok, untuk itu harus bersama sama kita jaga dan pelihara cita cita keumatan NU itu demi tercapainya spirit perjuangan NU 1926 dengan memperkuat sendi sendi peradaban berbangsa dan bernegara, terangnya
Dengan demikian, Tan Rajo sangat perihatin, jika ada tokoh poltik atau kelompok tertentu yang menjual nama NU diatas politik semata demi kepentingan pribadi dan golongannya. Alhasil ideologi keaswajaan NU tergadaikan dengan politik praktis dan pragmatis yang bisa mengikis semangat membangun peradaban dan kebangsaan yang selalu menjadi cita cita masyarakat NU dan harapan dunia. Moga moga ini tidak terjadi, harap Tan Rajo
“Sedih kita jika ada yang memaksakan diri untuk kepentingam pribadi dan golongan. Tidak mengkaji banyak hal, sekarang minyak dan air sudah bercampur baur saja, tak jelas ideologi kebangsaan yang mana yang mereka anut, sesalnya
Jadi menurutnya, menyangkut tarik menarik kepentingan yang sekarang terjadi di tubuh NU, kita jadikan dinamika yang mampu mengedukasi masyarakat terhadap perkembangan politik. Hal lain adalah, kita harus menjaga jangan sampai kondisi terburuk terjadi ditubuh NU disebabkan kepentingan politik yang sama sekali tidak menguntungkan untuk NU.
“Kita semua harus setuju, siapa saja anak bangsa yang akan meramaikan panggung politik nasional, boleh berjuang dengan NU sepanjang tidak menciderai cita-cita politik nasional dan jangan sampai membenamkan NU ke ruang kenistaan berpolitik serta harus menjaga nilai yang pluralistik, majemuk, berbagai suku, agama dan bahasa serta budaya yang berbeda-beda, tegas pengagum Gus Dur ini
Politik yang pas untuk hari ini adalah politik kebangsaan yang plural dan majemuk, kalau ini terlaksana maka demokrasi di Indonesia akan menjadi demokrasi yang mempercepat terwujudnya cita-cita kebangsaan yang dikehendaki oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Bangsa ini damai dari dulu dengan aneka perbedaan dan dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Lebih jauh, kata aktivis yang sudah malang melintang dan berdarah Minang ini berharap untuk tetap menjaga eksistensi NU sebagai organisasi Islam dan harus mampu jadi penyeimbang dalam kancah politik nasional. Kehidupan berbangsa dan bernegara semestinya dikontruksi melalui NU dengan semangat kebangsaannya, jangan sampai pudar oleh gaya politik murahan dan tidak beradab.
“Jika kebesaran NU dimanfaatkan oleh kelompok kelompok pragmatis untuk kepentingan tertentu, maka akan punahlah spirit politik NU di nusantara ini, apalagi warga NU tersebar dibanyak kelompok, organisasi dan partai politik. disamping itu, jika ini terjadi Jelaslah akan terjadi pengkhianatan dan penyimpangan dari spirit kebangsaan NU” tandasnya
(*)