Sakato.co.id – Kamis kelabu, 27 November 2025, menjadi hari terkelam bagi warga Sumatera Barat, khususnya Kota Padang, ketika bencana banjir bandang menerjang dengan dahsyat. Di antara puing-puing rumah yang hanyut dan lumpur yang mengubur segalanya, terekam sebuah jeritan pilu yang mengguncang media sosial.
“Alah habih rumah kami…ama, suami, anak ndak tau dima lai. Awak diateh batang seri ko, Lubuk Minturun Koto Panjang tolong…”
Itulah rintihan ketakutan Dini Viona, terekam dalam sebuah video viral, saat ia terperangkap di atas sebatang pohon seri. Di bawahnya, kawasan Perumahan Abi Koto Panjang Blok D5 RT-03 RW-04, Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, luluh lantak diterjang amukan air, lumpur, dan material kayu dari hulu sungai.
Bencana ini meninggalkan duka mendalam. Banjir bandang yang merupakan luapan Sungai Lubuk Minturun dan Bendungan Koto Panjang ini tidak hanya merusak rumah yang berada di tepi sungai, tetapi juga menghancurkan pemukiman yang berjarak cukup jauh. Di lokasi Dini tinggal, puluhan rumah dilaporkan hanyut rata dengan tanah, dan ratusan lainnya rusak parah.
Keluarga Dini menjadi salah satu korban dengan kisah paling memilukan. Dalam kepanikan menyelamatkan diri dari luapan air yang datang begitu cepat dan deras, Dini berupaya menyelamatkan ibundanya, Yerna Wilis (77). Namun, pegangan itu terlepas. Sang ibu hanyut ditelan arus yang membawa kayu gelondongan dan lumpur pekat.
Dengan sisa-sisa tenaga, suaminya, Mulyadi (41), berhasil menaikkan Dini ke atas pohon seri terdekat. Ironisnya, sesaat setelah itu, giliran Mulyadi dan putri mereka, Naura Nadhifa (12), yang tak kuasa menahan derasnya arus. Keduanya ikut terseret air bah.
“Saya kehilangan ibu, suami, dan anak. Kejadiannya sangat cepat,” terang Dini dengan mata berkaca-kaca. Dari atas pohon yang menjadi satu-satunya penyelamatnya, Dini berusaha berkomunikasi dengan sahabatnya melalui pesan suara WhatsApp, menceritakan kengerian yang baru saja merenggut keluarganya.
Setelah beberapa jam mencekam, debit air mulai menyusut. Dini nekat turun dari pohon dan mulai mencari keluarganya di antara genangan lumpur yang tingginya mencapai satu meter hingga atap rumah.
“Situasi saat itu sangat memilukan. Rumah saya dan warga banyak yang hancur. Saya tak ingat lagi kondisi rumah, yang saya pikirkan mencari ibu, suami, dan anak yang terbawa arus,” cerita wanita yang bekerja di salah satu perusahaan valuta asing di Padang ini.
Harapan itu sempat kembali benderang. Tak lama berselang, Dini bersua kembali dengan suami dan putrinya. Mereka ditemukan dalam keadaan basah kuyup dan diselimuti lumpur, namun selamat. Separuh jiwanya kembali utuh setelah dipisahkan terjangan banjir bandang.
Namun, air mata kembali tumpah untuk sang bunda. Pencarian yang berlanjut ke Rumah Sakit RSUD Sungai Sapiah dan akhirnya ke Rumah Sakit Bhayangkara Padang mengakhiri harapan Dini. Ibu Yerna Wilis ditemukan tak bernyawa.
“Kami ke Rumah Sakit Bhayangkara Padang dan ibu ditemukan sudah tidak bernyawa di sana,” isak Dini.
Pada hari yang sama, jenazah almarhumah Yerna Wilis dibantu tim medis RS Bhayangkara dibawa kembali ke kampung halaman di Kabupaten Padang Pariaman untuk dikebumikan, meninggalkan kesaksian pilu Dini tentang betapa dahsyatnya bencana alam yang melanda.
(*)









Komentar