Dampak AI Terhadap Dunia Pendidikan

Oleh : Shilva Lioni (Dosen Program Studi Sastra Inggris Universitas Andalas)

Sakato.co.id – Di era pesatnya kemajuan dan perkembangan teknologi dewasa ini, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mendatangkan berbagai dampak tersendiri bagi berbagai sektor kehidupan masyarakat, salah satunya dalam dunia pendidikan.

banner 1080x788

Dari rumah pintar hingga pengambilan keputusan, pembuatan karya, dan tugas akhir yang presisi, AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia manusia saat ini terlebih di masa depan nantinya.

Pertanyaannya, apakah kemudian kita siap menghadapi dampak dan tantangan yang ditimbulkannya?

Dalam dunia pendidikan, disaat AI sudah mampu hadir tidak hanya sebagai pembantu namun seringkali dimanfaatkan menjadi otak dari segala macam bentuk karya, tulisan, tugas, ujian, dan tugas akhir, bagaimana lantas kemudian kita dapat memastikan plagiarisme yakni kejahatan tertinggi dalam dunia akademik tidak terjadi dalam dunia pendidikan dewasa ini?

Bagaimana lantas kemudian kita dapat memastikan keamanan kreatifitas, imaginasi, dan esensi ilmu pengetahuan yang datangnya dari inspirasi tetap ada dan terjaga untuk dapat tetap tertuang dalam setiap goresan pena dan ilmu? Di era AI yang semakin canggih, apakah kita memiliki landasan etika yang kuat dalam menggunakan teknologi ini dengan bijak?

Apakah setiap orang benar-benar memahami bagaimana AI kemudian dapat memengaruhi pikiran dan perasaan kita tanpa kita sadari?

Dengan kehadiran AI tanpa kita sadari akan mengubah tatanan kehidupan banyak orang. Orang akan terbiasa dengan bantuan AI dan lama-lama akan mengandalkan AI sepenuhnya.

Setiap orang tidak akan lagi jadi dirinya sendiri. Seseorang tidak lagi akan mengeluarkan kemampuan yang dimilikinya. Tidak ada lagi yang namanya usaha maksimal. Semua serba instan dan ingin kemudahan. Tidak lagi ada pembelajaran dan proses, karena semua orang berorientasi pada hasil yakni kata “selesai”.

Hal ini lambat laun akan menjadi teman hidup, bagian hidup, dan lama-lama jadi kebiasaan dan pola pikir. Rasa keingin-tahuan akan musnah, inspirasi akan hilang, dan kejujuran serta semangat juang dan kegigihan dalam melahirkan usaha dan pemikiran akan sirna.

Dunia pendidikan akan kehilangan nyawanya. Tidak ada lagi warna, inovasi, pola pikir kritis, seandainya semua dominasi AI dibiarkan hadir berlarut-larut. Lantas bagaimana lagi mengembalikan marwah pendidikan yang sudah semakin pudar dalam menghasilkan manusia-manusia pemikir?

Pertama-tama, mungkin kita perlu menanamkan kembali pemahaman dan pengertian pada setiap insan tentang betapa berharganya kita sebagai manusia. Betapa berharganya otak yang kita miliki.

Manusia lah yang menciptakan AI atau dengan kata lain manusia tentu jauh lebih unggul dan pintar dibanding AI. Manusia merupakan makhluk otonom yang bisa merakit, meramu, bahkan membangun sebuah peradaban.

Jangan kemudian sampai apa yang kita ciptakan menggantikan eksistensi kita dan mengambil tempat kita. Kita harus mampu mengasah pikiran kita yang tidak terbatas nilainya bukan membiarkannya menjadi tumpul dan kemudian tidak terasah. Kita harus menyadari segala potensi kemampuan dan keistimewaan yang kita miliki.

Selanjutnya, disamping itu diperlukan juga norma, nilai, dan agama untuk terus hadir dalam kehidupan seorang manusia untuk menjadikan nya bijak dalam mengambil sikap dan menggunakan teknologi AI dalam kehidupannya. Seseorang yang bijak tidak akan mau membohongi orang lain. Seseorang yang bijak tidak akan mau mengakui sesuatu yang bukan lahir dari pemikirannya sebagai pemikirannya.

Namun, seseorang yang bijak akan mampu memanfaatkan teknologi AI untuk membantu orang banyak bukan untuk membodohi orang banyak.

Lebih lanjut, sebelum kita merenungkan makna AI dalam dunia baru kita secara lebih jauh, mungkin ada baiknya kita tanyakan kepada diri kita masing-masing seberapa siap kita untuk hidup berdampingan dengan dunia yang kita ciptakan sendiri? Mungkinkah terbantu atau justru sebaliknya akan menjadi kehancuran bagi kita? Sudahkan kita cukup dewasa dan bijaksana dalam melihat dan memanfaatkan kehadiran teknologi AI?

Atau justru kita hanya melihatnya sebagai sebuah peluang untuk dapat membodohi banyak orang melalui karya spektakuler yang lahir bukan dari pemikiran kita?

Jika memang demikian sebaiknya kita perlu menanyakan kepada diri kita disini, siapakah yang dibodohi disini apakah orang banyak atau diri kita sendiri yang lama-lama akan menjadi bodoh karena tidak mau berpikir dan menyadari segala keberkahan dan keistimewaan yang dimiliki dan memanfaatkannya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *