Sakato.co.id – Aktivitas seismik di Sumatera Barat kembali meningkat tajam. Sejak 13 hingga 16 Oktober 2025 pagi pukul 08.00 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang mencatat telah terjadi 47 kali gempa di wilayah Kabupaten Pasaman dan sekitarnya. Guncangan dengan magnitudo kecil, berkisar M 1 hingga M 3.5, ini dipicu oleh aktivitas Segmen Sianok bagian utara dari sistem Patahan Besar Sumatera (Sumatra Fault System).
Kepala BMKG Padang Panjang, Suaidi Ahadi, menjelaskan bahwa dari lima segmen patahan yang melintasi Sumatera Barat, yaitu Barumun, Angkola, Sianok, Sumani, dan Suliti. Segmen Sianok dikenal sebagai yang paling aktif dalam memicu gempa.
“Sejarah mencatat, Segmen Sianok pernah menghasilkan gempa kembar yang merusak, seperti pada tahun 1926 (M 7.1 dan M 7.2) dan 2007 (M 6.0 dan M 6.1),” jelas Suaidi Ahadi, dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Kamis (16/10/2025).
Frekuensi dan waktu kejadian gempa yang rapat ini, menurut Suaidi Ahadi, mengindikasikan dua kemungkinan yang harus diwaspadai:
1. Foreshock (Gempa Awal): Gempa-gempa kecil ini bisa menjadi pertanda awal sebelum terjadinya gempa dengan kekuatan yang lebih besar (gempa kuat).
2. Relaksasi Segmen: Kemungkinan lain adalah segmen patahan tersebut sedang melepaskan energi secara perlahan atau mengalami relaksasi, yang merupakan proses menuju kondisi yang lebih stabil.
Menanggapi lonjakan aktivitas ini, BMKG memberikan dua poin penting sebagai perhatian utama bagi pemerintah daerah dan masyarakat:
1. Edukasi dan Mitigasi Dikuatkan: Pemerintah daerah diminta untuk memperkuat edukasi dan mitigasi bencana bagi masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah sesar aktif.
2. Waspada Longsor: Masyarakat diimbau untuk menghindari lokasi tebing yang memiliki potensi tinggi terjadinya longsor, mengingat Sumatera Barat memiliki topografi yang rawan pergerakan tanah, terutama saat terjadi guncangan.
3. Potensi Galodo: Perhatikan sungai sekitar sesar aktif, terkait dengan Potensi Galodo
(*)
Komentar